Mommy tentu sudah tahu kehebatan telur yang kaya protein. Tapi, makanan satu ini termasuk alergen utama pada anak-anak. Bunda yang sedang siap-siap menuju MPASI mungkin masih bingung, apa boleh memberi telur di awal-awal MPASI?
"Menurut pedoman pemberian makan saat ini, tidak ada alasan untuk menghindari telur begitu bayi Anda siap untuk memulai makanan padat, biasanya berusia antara 4 dan 6 bulan," kata Joel Forman, MD, pediatri bersertifikasi, mengutip Very Well Family.
Berdasarkan beberapa bukti, kata Forman, menunda mengenalkan makanan yang berpotensi menyebabkan alergi seperti telur, susu, selai kacang, atau ikan, di atas usia 6 bulan, sebenarnya bisa meningkatkan potensi mengembangkan alergi di masa kanak-kanak.
Forman menyadari, dahulu para ahli menyarankan orang tua menunggu sampai anak berusia 2 tahun untuk memperkenalkan telur. Tapi, studi yang lebih baru tidak menemukan bukti medis untuk rekomendasi ini, Mom.
"Memperkenalkan berbagai makanan setelah bayi Anda siap untuk makanan padat, saat ini diyakini membantu mencegah alergi makanan," ujar Forman.
Ia menambahkan, rekomendasi lain yang sudah kedaluwarsa yakni hanya memperkenalkan kuning telur karena tak memiliki alergen seperti di dalam putih telur. Jadi, kalau bayi sudah siap memulai makanan padat, artinya siap juga makan telur.
Untuk tanda-tanda bayi siap diberi makanan padat, jelas Forman, salah satunya bisa duduk di kursi tinggi dan mengangkat kepalanya. Bayi mungkin membuka mulutnya saat melihat makanan datang dan mampu memindahkan makanan dari sendok ke mulut, lalu menelannya.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk memberi bayi sejenis makanan baru untuk satu waktu, lalu menunggu dua hingga tiga hari sebelum memperkenalkan makanan lain. Tapi, Bunda jangan lupa memperhatikan reaksi alergi terhadap makanan yang baru diperkenalkan.
"Banyak orang tua mulai dengan sereal, kemudian buah dan sayuran, sebelum beralih ke protein. Telur bisa jadi tambahan yang sehat untuk makanan bayi Anda. Mereka mengandung protein, zat besi, dan kolin berkualitas tinggi," lanjut Forman.
Kalau Bunda memberikan telur pada bayi, Forman berpesan untuk memastikan memasak telur dengan baik untuk mencegah Salmonella dan penyakit bawaan makanan lainnya. Disarankan juga merebus telur dan menumbuknya, lalu menambahkan sedikit ASI atau susu formula bayi.
Saat pertama kali Bunda memberi bayi telur, pastikan melihat tanda-tanda reaksi alergi setelahnya. Misalnya saja reaksi kulit seperti pembengkakan, ruam, gatal-gatal, atau eksem, mengi atau kesulitan bernapas, hidung meler dan bersin-bersin, mata merah atau berair, sakit perut, mual, muntah atau diare.
Forman juga mengingatkan, beberapa vaksin mengandung telur sehingga bisa menyebabkan reaksi alergi, seperti suntik flu. Ia menegaskan, "Jika anak Anda mendapat vaksin yang mengandung telur, perhatikan reaksi setelahnya."
Bicara tentang vaksin yang mengandung telur, vaksin MMR termasuk di dalamnya karena dibuat di dalam embrio anak ayam. Sehingga, diperkirakan ada jejak protein telur di vaksin MMR.
"Anak-anak yang alergi telur seharusnya tak masalah mendapat vaksin MMR. Sampai saat ini, belum ada laporan bahwa anak dengan alergi telur dan mendapat vaksin MMR kemudian mengalami masalah," kata dr.Dawn Lim, dokter anak yang fokus di bidang alergi, dalam bukunya Childhood Allergies.
Source: haibunda.com